Tentang Kami

Tentang kami

Sejarah GKI Taman Cibunut

Sejumlah orang Belanda beraliran Gereformeerde bermukim di Bandung dan membentuk jemaat dewasa di Naripanweg 11 pada tanggal 1 Februari 1916 oleh jemaat induk Christelijke Gereformeerde Kerk te Batavia (Jemaat Kwitang Belanda). Itulah awal hadirnya De Gereformeerde Kerk van Bandoeng, dengan pendeta konsulen Pdt. H. A. van Andel dari Solo sampai Pdt. Dr. J. H. Bavinck dipanggil menjadi pendetanya. Beliaulah yang pada tanggal 18 Juli 1921 meletakkan batu pertama pembangunan gedung gereja di van Deventerweg 15 (kini no. 11) dan meresmikannya pada tanggal 23 Desember 1921. Beliau melukiskan jemaat ini sebagai jemaat yang dikelilingi Tuhan sebagaimana gunung-gunung mengelilingi kota Yerusalem (Mazmur 125 : 2). Gambaran ayat ini tercantum pada cap gereja yang digunakan hingga tahun 1987.

Para pendeta berkebangsaan Belanda silih berganti menggembalakan jemaat, yang konon pernah berjumlah sekitar 900 orang ini. Jemaat ini bersama-sama dengan jemaat-jemaat di Hindia Belanda bersatu dalam Klasis Batavia dan mengikatkan diri dalam Generale Synode van de Gereformeerde in Nederland sampai masa tertentu, di mana situasi politik di Indonesia tidak memungkinkan. Pada masa itu, orang-orang Belanda pulang ke negeri mereka, sehingga jumlah anggota jemaat merosot menjadi 34 orang saja. Sejak itu, mulailah hadir orang-orang Indonesia dalam jemaat ini. Sepulangnya Pdt. E. Pijlman, pendeta jemaat berkebangsaan Belanda terakhir, maka melalui konsulennya, Pdt. G. Leene dari Malays Gereformeerde Kerk, Jalan Kwitang Jakarta, pada tanggal 29 Oktober 1958 diteguhkanlah Pdt. Go Hian Sing (Sam Gosana) sebagai pendeta jemaat pendeta ini. Beliau berasal dari GKI Kwitang dan menjadi pendeta berkebangsaan Indonesia yang pertama sampai bulan Januari 1967. Berturut-turut menyusul para pendeta Indonesia yang menggembalakan jemaat ini, yaitu Jusak Susabda (Theng Tiong Poen) yang ditahbiskan pada tanggal 6 Desember 1963 dan melayani hingga Agustus 1978, John Ch. A. Nenobais yang ditahbiskan pada tanggal 6 September 1971 dan melayani hingga medio Desember 1975, Pdt. Budhiadi Henoch (Hiem Bian Kiet) yang dipanggil dari GKI Magelang dan diteguhkan pada tanggal 30 Agustus 1976, hingga memasuki masa emeritasinya tanggal 31 Agustus 1998, serta Melanthon Bombong yang ditahbiskan pada tanggal 18 Juli 1979 dan melayani hingga kini, serta Pdt. Daniel Tandian (Tan Gwan Siang) yang dipanggil dari GKI Sorogenen Solo dan diteguhkan pada tanggal 1 Februari 1988, dan berakhir hingga 31 Januari 2004.

Selepas dari ikatan sinodenya dengan gereja-gereja di negeri Belanda, jemaat ini menyatukan diri dalam Sinode Gereja-Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah pada tanggal 18 September 1958, dengan nama Gereja Kristen Indonesia Taman Tjibunut Bandung. Dengan peristiwa ini, hadirlah sebuah jemaat GKI di propinsi Jawa Barat, yang mempunyai ikatan sinode dengan jemaat-jemaat GKI di Jawa Tengah. Selanjutnya, jemaat ini telah mengambil bagian dalam kegiatan klasikal, sinodal, maupun oikumenis. Khusus dalam kegiatan oikumenis, jemaat ini berpartisipasi dalam GERAPI (Gerakan Pekabaran Injil) pada tanggal 23-29 Mei 1966 di lapangan terbuka Tegallega bersama-sama dengan berbagai denominasi yang tergabung dalam Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan-Perkumpulan Kristen (PGPK) Bandung. Dalam rangka melaksanakan keputusan SR DGI VIII di Salatiga, maka pada tanggal 4 Oktober 1977, jemaat ini menjadi tempat pembentukan Badan Kerja Sama Gereja (BKSG) Jabar, yang dibentuk oleh DGW Jabar bersama dengan gereja-gereja non-anggota DGI. Dalam rangka keikutsertaan dalam pengadaan dana bagi kontingen Jawa Barat ke Fesparawi Nasional, jemaat ini ikut mengambil bagian, baik berupa partisipasi personil, sarana latihan, maupun dananya. Jemaat ini secara rutin juga membantu pembiayaan transportasi untuk para guru Pendidikan Agama Kristen (dalam koordinasi PGPK) yang mengajar di sekolah-sekolah negeri di Bandung dan sekitarnya. Ketika muncul isu yang berkaitan dengan aturan bahwa rumah tidak boleh dijadikan tempat ibadah, pada bulan Juli 1991 jemaat ini memfasilitasi pertemuan konsultasi umat Kristen di Jawa Barat, yang menghasilkan pokok-pokok pikiran yang kemudian diajukan kepada pihak pemerintah. Tak disangka ternyata pokok-pokok pikiran ini dimuat dalam majalah Pelita Kristen No. 256 dan 257 terbitan Ditjen Bimas (Kristen) Protestan Depag RI. Pada tahun-tahun berikutnya, jemaat ini giat mendukung upaya penyatuan GKI dalam bentuk kegiatan pertukaran pengkhotbah, mendirikan Yayasan Pelayanan Pemakaman & Kremasi Bumi Baru, (juga bersama Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong Bandung) melakukan kegiatan Bulan Diakonia, Konven pendeta pada Senin pertama setiap bulan, Pembinaan Pejabat Gerejawi menjelang pelantikan penatua baru beberapa tahun terakhir ini, dan lain-lain.

Dalam rangka mensyukuri penyertaan Tuhan atas gereja-Nya, jemaat ini memperingati HUT ke-70 (1986) dengan tema Berjerih payah dalam iman di tengah arus zaman, HUT ke-80 (1996) dengan tema Membangun Bersama Masyarakat Majemuk, dan HUT ke-85 (2001) dengan tema Akrab Bersaudara, Giat Berkarya. Menyusul tema Gereja Berkarya, Kristus Dipercaya pada peringatan HUT ke-90 (2006). Dalam peringatan HUT itu dilakukan adanya kegiatan sosial, bazaar, diskusi panel, pementasan, KKR, dan lain-lain.

Berkaitan dengan pertumbuhan dan dalam rangka menjawab kebutuhan jemaat, jemaat ini membentuk dan menaungi yayasan-yayasan, yaitu : Yayasan Pendidikan Kristen YAHYA (1962), yang mengembangkan kegiatan pendidikan/sekolah Kristen, Yayasan Panti Asuhan Kristen Dana Mulia (1971), yang melayani pengasuhan anak yatim atau piatu, Yayasan Dana Sejahtera (1976), yang menyantuni keluarga anggota YDS yang berduka cita, serta Yayasan Taman Pendidikan Kristen Hidup Baru (1981), yang melayani dunia pendidikan/sekolah limpahan almarhum Bpk. Willem Labruyere. Selain itu jemaat ini juga membuka pos-pos PI yang berkembang menjadi Bakal Jemaat dan didewasakan, yaitu pada tanggal 1 Desember 1987 GKI Pasteur dan pada tanggal 15 September 1989 GKI Arcamanik. Pada bulan Januari 1993 dibuka pos PI di pemukiman Bumi Kencana Rancaekek, lebih kurang 30 kilo meter dari Bandung, dan hingga kini masih dalam proses pertumbuhan dan diresmikan sebagai Bakal Jemaat pada tanggal 6 November 2002.

Demikianlah sejarah GKI Taman Cibunut, yang berada di tengah ibu kota propinsi Jawa Barat, yang dikenal dengan sebutan Parijs van Java, kota Konferensi Asia Afrika dan tempat berdirinya Gedung Sate (kantor gubernur Jawa Barat). Selain itu kota ini mempunyai motto pada masa kini (tahun 2000-an) Genah, Marenah, Tumaninah (= enak dihuni, enak dipandang, enak di hati), serta lambang berupa badak putih. Kota ini juga terkenal dengan oncom dan bloomkolnya, serta dengan sepatu Cibaduyut, jeans Cihampelas, Cibadak Mall (Cimol), dan daerah pariwisata, seperti Lembang, Maribaya, Ciater, dan gunung Tangkuban Perahu. Menarik perhatian kita, ada sejumlah nama para tokoh Eropa/Belanda, seperti Pasteur, Westhoff, Otten, Eijkman, dan Deventer yang dijadikan nama-nama jalan.

Dengan memandang visi ke masa depan, Majelis Jemaat GKI Taman Cibunut merasa perlu menambah jumlah pendeta jemaatnya, agar dapat melayani jemaat yang kini berjumlah sekitar 2.500 orang. Karenanya Majelis Jemaat memanggil Pdt. Ibu Welmintje Naomi yang semula melayani GKI Pasirkaliki Bandung, Sinode Wilayah Jawa Barat, dan diteguhkan pada tanggal 15 Juli 2003. Kemudian pada tanggal 1 Februari 2004 Pdt. Daniel Tandian mengakhiri pelayanan beliau, setelah tepat 16 tahun melayani GKI Taman Cibunut Bandung. Menyusul kemudian, Pdt. Budi Cahyono Sugeng, pindahan dari GKI Gondomono Semarang diteguhkan sebagai pendeta jemaat pada tanggal 15 Juli 2004.

Selanjutnya, Pdt. Melanthon Bombong mempersiapkan diri untuk memasuki masa emeritasi pada tahun 2009. Untuk maksud tersebut, Majelis Jemaat telah mengupayakan adanya rumah emeritus di Jl. Atlas Tengah 12, Bandung, yang telah selesai dibangun dan keluarga Pdt. Melanthon Bombong telah menempatinya sejak tanggal 13 September 2006.

Masa depan GKI Taman Cibunut memang masih panjang. Untuk maksud tersebut, Majelis Jemaat merekrut orang-orang muda, agar estafet generasi dapat berlangsung mulus. Proses rekrutmen itu dilakukan melalui peremajaan para anggota Majelis Jemaat yang baru. Juga para pelaksana komisi-komisi di lingkungan GKI Taman Cibunut. Mudah-mudahan alih generasi ini akan tuntas pada waktunya, sehingga benar-benar sejak masa kini dipersiapkanlah pelaksana tugas untuk masa depan.

Kita perlu mempertahankan semangat untuk melayani Tuhan Yesus Kristus dan jemaat-Nya, karena tanpa semangat tersebut niscaya akan terjadi kemandekan dalam kehidupan berjemaat. Sesuatu yang tak boleh terjadi, mengingat Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk meneruskan tanggung jawab itu kepada generasi muda.