Welcome GKI Taman Cibunut
Jl. Van Deventer No.11, Kb. Pisang, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40112
About Us....Jl. Van Deventer No.11, Kb. Pisang, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40112
About Us....Setiap orang yang percaya kepada Tuhan pasti pernah berdoa. Namun, seiring waktu, tidak sedikit orang Kristen yang mulai bertanya-tanya: “Apakah Tuhan masih mendengar doaku?” “Mengapa jawabannya tak kunjung datang?” “Apakah aku terlalu berdosa sehingga Tuhan menjauh dariku?” Lukas 11 dimulai dengan permintaan sederhana dari seorang murid: “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Yesus menanggapi bukan dengan teori panjang lebar, tapi dengan memberi contoh langsung: Doa Bapa Kami. Doa ini dimulai dengan kata-kata yang sangat radikal pada zamannya: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu…” Yesus tidak menyuruh kita datang kepada Allah sebagai hamba yang ketakutan atau orang asing yang malu-malu. Ia menyuruh kita berdoa seperti seorang anak berbicara kepada ayahnya sendiri. Yesus sedang mengajar bahwa doa bukan sekadar kata-kata yang dihafal, atau ritual rutin, tapi sebuah relasi. Hubungan yang penuh kasih, kedekatan, dan kepercayaan. Setiap kali kita berdoa, kita sebenarnya sedang menyapa Pribadi yang mengenal kita lebih dalam daripada siapa pun. Dia tahu beban hidup kita, ketakutan kita, dan harapan kita. Dia tidak menunggu doa yang sempurna, tapi hati yang sungguh-sungguh mencari Dia. Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan sebuah perumpamaan: Seorang sahabat datang tengah malam, mengetuk rumah temannya untuk meminjam roti. Si tuan rumah merasa terganggu, tapi akhirnya bangun dan memberinya, bukan karena persahabatan, tetapi karena ketekunan orang itu (ayat 8). Kemudian Yesus berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Ketiga kata ini dalam bahasa aslinya (Yunani) berarti: Teruslah meminta. Teruslah mencari. Teruslah mengetuk. Tuhan tidak menunda karena tidak peduli, tapi karena doa yang terus-menerus adalah tanda iman yang aktif dan percaya. Doa bukan tombol ajaib yang langsung memberi hasil. Doa adalah proses pembentukan hati, tempat di mana kita belajar berserah, percaya, dan menunggu dalam pengharapan. Seorang anak kecil akan terus mengetuk pintu kamar orang tuanya karena tahu: di balik pintu itu ada ayah dan ibu yang mengasihi. Demikian pula kita—kita terus mengetuk karena kita tahu di balik doa ada Bapa yang baik. Yesus kemudian memberi ilustrasi penuh makna “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan, akan memberikan ular?… Jika kamu yang jahat tahu memberi yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga…” Yesus sedang berkata: “Percayalah pada kasih dan kebijaksanaan Bapa.” Terkadang kita merasa Tuhan tidak menjawab doa kita. Tapi mungkinkah Dia sedang melindungi kita dari sesuatu yang kita belum mengerti? Atau mungkinkah Dia sedang menunggu waktu yang terbaik, bukan sekadar waktu yang cepat? Kita sering ingin jawaban instan, tapi Tuhan ingin pertumbuhan iman. Kita ingin solusi segera, tapi Tuhan memberi penghiburan terlebih dahulu, kekuatan untuk bertahan, dan pada waktunya—jawaban yang sempurna. Perhatikan ayat 13: “…Bapamu yang di surga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Ini puncak dari segala pemberian: kehadiran-Nya sendiri. Saat kita berdoa, bahkan ketika belum ada jawaban secara lahiriah, Tuhan memberikan sesuatu yang lebih dalam—penyertaan-Nya melalui Roh Kudus. Itulah bukti bahwa Dia tidak pernah jauh. Mungkin saat ini kita sedang berdoa untuk jawaban yang belum datang. Kita merasa doa kita tidak sekuat orang lain. Atau kita merasa Tuhan sedang diam. Ingatlah satu hal: Dia tidak pernah jauh. Dia hanya sejauh doa. Saat kita menutup mata dan mengangkat hati kepada-Nya, Tuhan sudah ada di sana, mendengar, hadir, dan bekerja di balik layar. Tidak ada jarak geografis, dosa yang terlalu besar, atau luka yang terlalu dalam yang bisa memisahkan kita dari kasih-Nya. Cukup satu langkah: berdoa. Maka engkau akan menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mendekat. Selamat hidup di dalam doa, Tuhan memberkati
Sejumlah orang Belanda beraliran Gereformeerde bermukim di Bandung dan membentuk jemaat dewasa di Naripanweg 11 pada tanggal 1 Februari 1916 oleh jemaat induk Christelijke Gereformeerde Kerk te Batavia (Jemaat Kwitang Belanda). Itulah awal hadirnya De Gereformeerde Kerk van Bandoeng, dengan pendeta konsulen Pdt. H. A. van Andel dari Solo sampai Pdt. Dr. J. H. Bavinck dipanggil menjadi pendetanya. Beliaulah yang pada tanggal 18 Juli 1921 meletakkan batu pertama pembangunan gedung gereja di van Deventerweg 15 (kini no. 11) dan meresmikannya pada tanggal 23 Desember 1921. Beliau melukiskan jemaat ini sebagai jemaat yang dikelilingi Tuhan sebagaimana gunung-gunung mengelilingi kota Yerusalem (Mazmur 125 : 2). Gambaran ayat ini tercantum pada cap gereja yang digunakan hingga tahun 1987.
Para pendeta berkebangsaan Belanda silih berganti menggembalakan jemaat, yang konon pernah berjumlah sekitar 900 orang ini. .....Lebih Detail....!